Selasa, 08 Juni 2010

CITRA ANAK SHALIH

KEBIASAAN BURUK ANAK

Anak kadang mempunyai kebiasaan buruk yang harus segera diluruskan karena kebiasan buruk kalau dibiarkan akan menjadi tabiat atau karakter yang sulit dirubah maka orang tua atau pendidik harus waspada dan jeli mencermati tingkah laku dan kebiasan anak sehingga jika sikap yang janggal atau tidak wajar bisa segera ditangani dan diluruskan.

Adapun kebiasaan buruk yang biasa dilakukan anak dan harus segera diperbaiki antara lain:
Pertama: Suka bohong.

Kebiasaan yang sering dilakukan anak adalah suka berbohong, dan bohong dengan mudah mereka lakukan karena mereka belum bisa merasakan akibat buruknya dan belum mampu menimbang resikonya. Walaupun anak melakukan tindakan bohong belum terkena hukum syareat namun orang tua harus tetap waspada dan membimbing anaknya dengan lemah lembut agar kebiasaan bohong tidak menjadi kebiasan dan tabiatnya hingga besar nanti .

Ketika orang tua mendapati anaknya berbohong sebaiknya segera menjelaskan kepada anak tentang kejelekan dan akibat yang ditimbulkan dari perbuatan bohong serta mengajarkan dan membiasakan anak untuk selalu berbuat jujur dan menjelaskan keutamaan jujur bahwa Alloh mencintai orang-orang jujur.

Orang tua harus mengetahui juga bahwa anak berbohong karena ketidaksengajaan atau sekedar main-main dan kelakar saja.
Kedua: Suka Usil

Kebiasan usil sering dilakukan anak dan merupakan karakter kebanyakan anak, karena sifat penasaran anak sangat tinggi dan keinginan untuk mengetahui hal-hal baru cukup besar, maka orang tua harus mengarahkan kepada perkara positif dan tidak boleh teledor karena kebiasan suka usil kalau dibiarkan akan menjadi kebiasan negatif yang menganggu orang lain dan kadang suka merusak barang.
Ketiga: Suka Melawan

Bila anak suka melawan, orang tua harus mencari sebabnya dulu kenapa anak suka melawan, bisa jadi kebiasan tersebut karena anak terlalu dimanja atau sebaliknya anak kurang mendapat perhatian atau tidak mendapat perhatian sama sekali baik dari orang tua, guru maupun orang disekitarnya. Biasanya kebiasaan melawan diungkapkan dengan suka berteriak-teriak, kalau disuruh membantah, suka cari perhatian orang lain dan kadang merusak barang bila hal itu dibiarkan dan tidak diketahui penyebabnya anak akan tumbuh menjadi anak yang kasar, pendendam, dan tidak tahu diri .

Setelah orang tua tahu penyebab kenapa anak suka melawan maka orang tua bisa memulai mencari jalan keluar bila ternyata penyebabnya adalah karena kurang kasih sayang orang tua maka berikan kasih sayang namun jangan berlebih-lebihan, dan kalau penyebabnya karena terlalu dimanja orang tua maka orang tua harus mulai tegas bila anak melakukan kesalahan maka harus segera ditegur jangan ditunda-tunda dengan alasan kasihan, bila ternyata penyebabnya adalah karena kurangnya perhatian dari guru atau kakaknya atau orang disekitarnya maka orang tua harus bekerja sama dengan orang-orang yang terkait untuk melakukan pendekatan, dan kalau ternyata penyebabnya bukan karena semua itu maka orang tua harus mencermati mungkin karena pengaruh media sehingga membuat dia menjadi suka melawan, orang tua dalam hal ini harus benar-benar mengontrol aktifitas anak dan jangan lupa senantiasa berdoa kepada Alloh agar anak-anaknya dijaga dari berbagai mara bahaya yang bisa merusak jasmani maupun agamanya.
Keempat: Kurang Mengenali Bahaya

Kemampuan berfikir dan daya nalar anak masih terbatas sehingga dalam mengambil tindakan kadang kurang tepat maka orang tua harus sabar dan tidak emosiaonal serta harus dengan kepala dingin dan menyelesaikan masalah yang dihadapi anak dengan penuh hikmah sehingga anak akan tumbuh menjadi pribadi yang matang, tidak emosional, daya nalarnya berkembang, kemampuan analisa tumbuh normal dan bakatnya tersalurkan serta anak semakin dewasa sehingga mampu mengenali tindakan yang membahayakan baik untuk dirinya maupun orang lain.

Merupakan kesalahan besar orang tua adalah jika anak melakukan kesalahan atau melakukan tindakan yang membahayakan dirinya maka orang tua langsung membentak dan meneriakinya bahkan menghardiknya, sehingga anak ketakutan bahkan anak bisa kaget dan spontan loncat dari atas tangga, pagar, atap atau tempat yang sedang dinaiki karena takut kena dan bisa berakibat fatal karena bisa jatuh. Maka orang tua harus hati-hati dan
Kelima: Egois dan Cinta Diri

Sikap egois dan kepemilikan merupakan fitrah semua manusia terutama anak dan orang tua tidak perlu menghalanginya dengan melakukan tindakan atau sanksi namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara anak memiliki sesuatu yang dimilikinya. Karena pada usia tertentu anak belum bisa membedakan antara kepemilikan yang sah dengan yang tidak. Anak kadang mendapatkan barang dengan cara merampas, mencuri, merebut milik temannya dan yang lainnya. Dan pada umumnya kebiasaan anak seperti itu terjadi disebabkan karena sikap orang tua yang terlalu pelit dan kurang memenuhi permintaan anaknya.
Keenam: Sikap Keras Kepala

Sikap keras kepala dan membandel sering menghiasi sikap dan tabiat anak karena setiap anak mempunyai kecondongan agar dirinya mendapat pengakuan dan menunjukkan keberadaannya di tengah lingkungan. Orang tua dalam menghadapi masalah tersebut tidak perlu resah dan gelisah selagi tidak menjadi watak dan tabiat yang akan menghancurkan diri anak itu sendiri dan orang tua juga harus peka karena biasanya sifat ini muncul karena perasaan iri dengan barang milik orang lain barang.
Ketujuh: Cepat Bosan dan Kurang Sabar

Cepat bosan dan kurang sabar memang sudah menjadi tabiat anak dan biasanya sifat ini tidak bertahan lama dan gampang berubah-ubah seperti bermain-main ketika sedang belajar, bertanya tidak sesuai dengan materi pelajaran dan main-main baju atau tali atau kabel atau tambang atau bicara dengan teman lainnya saat pelajaran sedang berlangsung, atau kadang bengong. Maka tindakan yang paling tepat adalah mengalihkan perhatian anak kalau anak sudah bosan dengan aktifitas tertentu dan memberi pengajaran disesuaikan dengan umur dan jenjang pendidikan.
CARA MENGATASI ANAK NAKAL
Pertama: Sikap Hati-hati dan Penuh Hikmah

Setiap anak pasti memiliki permasalah yang berbeda-beda dan orang tua wajib berhati-hati dan bijaksana dalam menghadapi setiap permasalahan yang terjadi terutama mengatasi kenakalan anak, agar tidak semakin rumit. Rasululloh teladan kita telah memberi contoh bagaimana beliau sangat bijaksana dalam mengatasi setiap gejolak rumah tangga sebagaimana yang telah dituturkan sebuah hadits dari Anas bin Malik bahwa pernah Nabi berada dirumah salah seorang isterinya kemudian ada salah seorang Umahatul mukminin mengirim sepiring makanan untuk Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wasallam maka istri yang ada di rumah tersebut memukul tangan pembantu dan piring yang ada ditangan pembantu tersebut jatuh dan pecah, maka nabi mengumpulkan piring yang pecah dan memisahkan makanan dari piring yang pecah tersebut lalu beliau bersabda: Ibumu lagi cemburu. kemudian Nabi menahan pembantu tersebut hingga istri yang memecahkan piring menggantinya dengan piring yang masih utuh dan beliau menahan piring yang pecah di rumah istri yang mecahkannya.[1]

Bagaimana Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wasallam dengan bijaksana dan penuh hikmah ketika menghadapi kecemburuan isterinya yang sedang membara, maka wajib bagi orang tua meneladani Rasululloh ketika menghadapi api fitnah yang menimpa rumah tangganya. Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wasallam mengajarkan dangan cara bijaksana dan penuh hikmah menyelesaikan problem yang menimpanya, karena jika tidak, kondisi makin panas, suasana makin keruh dan api fitnah semakin menyala dan hubungan keluarga menjadi rusak serta kemelut makin meruncing sementara Alloh azza wa jalla tidak menyukai kerusakan.
Kedua: Pandai Menyesuaikan Diri

Antara suami dan istri dalam menyikapi kenakalan anak harus bijaksana dan bisa memahami serta mencari jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi anak sehingga anak sadar bahwa dirinya sedang bermasalah. Orang tua harus bisa menyesuaikan diri dan menyelami karakter anak agar bisa berinteraksi dengan baik kepada anak yang sedang bermasalah sehingga cepat mendapatkan jalan keluar.

Anak jangan biasa dipaksa untuk selalu menuruti keinginan dan kehendak orang tua akan tetapi orang tua harus pandai memahami dan menyelami dunia mereka. Bukan berarti orang tua harus mengalah dan membiarkan anak berani kepada orang tua namun kadang dalam menghadapi kenakalan anak, orang tua harus mengikuti dan menghayati perasaan dan emosi anak dalam rangka untuk melakukan pendekatan sehingga bisa menuntaskan masalah dengan baik.
Ketiga: Menjaga Lisan

Dalam mengatasi masalah kenakalan anak orang tua harus menghindari kata-kata kotor, ucapan jelek, hardikan dan cercaan, karena demikian itu akan menutup rapat-rapat pintu ketegangan dan permusuhan antara orang tua dengan anak. Karena kalau hal itu diketahui anak maka tidak menutup kemungkinan akan kecewa dan balas dendam kepada orang tua, sehingga orang tua akan menyesal. Rasululloh azza wa jalla bersabda: Bukankah manusia tersungkur mukanya didalam neraka Jahanam melainkan karena hasil buah lisannya.[2]

Oleh karena itu, menjaga lisan dan tidak mengeluarkan kata-kata kotor saat marah ketika melihat anaknya nakal atau saat permasalahan rumah tangga terjadi merupakan suatu langkah tepat untuk mencari solusi dan jalan keluar.
Keempat: Jangan Membuka Rahasia di Luar Rumah

Jika suami istri mempunyai problem rumah tangga dengan kenakalan anak maka masing-masing anggota keluarga harus pandai menyimpan rahasia, jangan suka memeberkan aib keluarga kepada keluarga suami ataupun keluarga istri, karena mereka tidak mengetahui akar permasalahan secara utuh dan gambaran problem secara menyeluruh hal itu bisa menimbulkan masalah baru karena masing-masing keluarga akan membela keluarganya dan menyalahkan pihak-pihak lain maka masalahnya bukan berkurang malah bertambah melebar.

Oleh karena itu para suami istri harus pandai mengidentifikasikan masalah dan menyelesaikannya secara intern tanpa harus melibatkan orang lain, kalau ternyata masalah tidak bisa terselesaikan maka tidak mengapa menghadirkan pihak penengah yang adil baik dari pihak keluaarga istri maupun keluarga suami dengan memohon pertolongan kepada Alloh, mudah-mudahan segala masalah segera terselesaikan.
Kelima: Konsultasi Kepada Ahli Ilmu dan Pakar Ahli

Jika kedua pasangan menemukan jalan buntu dalam menyelesaikan masalah terutama dalam menghadapi kenakalan anak maka seharusnya kedua orang sepakat berkonsultasi kepada para ulama yang terpercaya ilmunya, insya Alloh para ulama tersebut akan membantu mencarikan jalan keluar. Biasanya orang yang sedang menghadapi masalah tidak bisa berfikir panjang dan tidak mempunyai pendapat serta emosinya tidak stabil maka mereka sangat membutuhkan orang yang bisa membantu mereka, Alloh azza wa jalla berfirman:

Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Alloh memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. An Nisa’ 35).

Dengan konsultasi kepada orang shalih dan pakar ahli maka orang tua yang sedang panik akan mendapatkan jawaban tuntas atau langkah-langkah awal yang bisa mereka lakukan untuk mengatasi kenakalan anak sehingga bisa membuatnya tenang sejenak . Tetapi perlu dicatat sehebat apapun orang yang memberi solusi namun pada akhirnya masalah tidak akan bisa selesai kalau yang bersangkutan tidak mau menerapkan solusi yang telah diberikan.
Keenam: Rela Menerima Putusan Takdir

Beriman kepada takdir secara benar sangat membantu menenangkan pikiran dan meredam gejolak hati yang sedang galau menghadapi musibah dan kemelut hidup, karena sebesar apapun usaha yang dilakukan manusia pasti dibatasi oleh ketetapan takdir Alloh, dan segala sesuatu yang dikehendaki Alloh pasti terjadi tidak ada satu makhlukpun yang mampu menghalangi dan mengelak darinya. Maka rela menerima putusan takdir, membuat hati tenang, pikiran tentram dan menghadapi masalah hidup dengan penuh keteguhan dan keberanian, sehingga cobaan hidup yang sangat beragam seperti tidak mempunyai anak, anak sedang sakit, anak nakal, konflik rumah tangga, perselingkuhan, suami atau istri malas beribadah, atau ingin menyekolahkan anak tidak mempunyai biaya dan yang lain sebagainya mampu tertanggulangi dan semuanya tetap bisa dihadapi dengan penuh kesabaran. Maka orang seperti ini akan mendapatkan ketentraman hidup di dunia dan kebahagiaan diakherat dengan mendapatkan karunia surga dan keridhaannya.

Sumber : Buku “Untukmu Anak Shalih”, buah karya Ust. Zaenal Abidin, Lc -hafidzahullohu ta’ala-.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar